Demam typhoid merupakan infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh Salmonella typhi, atau jenis yang virulensinya lebih rendah yaitu Salmonella paratyphi. Media penularan adalah air dan makanan yang tercemar oleh kuman S.typhi. Demam typhoid bisa terjadi pada setiap orang, namun lebih banyak diderita oleh anak-anak dan orang muda. Pada anak-anak hal ini dikarenakan antibodi yang belum terbentuk sempurna dan dari segi sosial, pola makanan anak-anak tidak baik yang didapat di lingkungan. Pada populasi orang muda, penyebaran demam typhoid dapat disebabkan oleh kebiasaan makan yang tidak mempertimbangkan faktor kebersihan dan tidak terbiasanya mencuci tangan sebelum makan.
MANIFESTASI KLINIS
Panas badan tipe step ladder pattern, lidah tifoid, bradikardi relatif, Gejala saluran pencernaan (mual, muntah, mencret, atau konstipasi).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada pemeriksaan hematologi rutin didapatkan peningkatan leukosit sebagai penanda adanya proses infeksi.
Pada pemeriksaan widal yang dilakukan setelah panas hari 7, dinyatakan bermakna bila titer O > 1/320, atau titer O < 1/320 dan meningkat 4 kali lipat dalam 2 minggu, atau titer O (-) pada awal pemeriksaan dan menjadi positif dalam 2 minggu tanpa melihat angka titer. Gall kultur dengan media carr empedu merupakan diagnosa pasti demam typhoid bila hasilnya positif, namun demikian, bila hasil kultur negatif belum menyingkirkan kemungkinan typhoid, karena beberapa alasan, yaitu pengaruh pemberian antibiotika, sampel yang tidak mencukupi, yaitu darah < 5cc, riwayat vaksinasi sebelumnya, dan pengambilan darah setelah minggu pertama, sebab pada minggu pertama aglutinin dalam darah masih tinggi sehingga menekan pertumbuhan kuman.
PENATALAKSANAAN
Pada demam typhoid, obat pilihan yang digunakan adalah chloramphenicol dengan dosis 4 x 500mg. Paracetamol diberikan sebagai penurun panas dengan dosis 3 x 500mg, Mempertahankan asupan kalori dan cairan yang adekuat. Memberikan diet bebas yang rendah serat pada penderita tanpa gejala meteorismus, dan diet bubur saring pada penderita dengan meteorismus. Cairan yang adequat untuk mencegah dehidrasi akibat muntah dan diare Istirahat tirah baring
DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN DEMAM TYPHOID
BAGAIMANA SEORANG SCHIZOPRENIA BERPIKIR?
Sebenarnya saya agak bingung memikirkan judul yang tepat untuk artikel ini, karena saya sendiri bingung dengan apa yang saya maksudkan. Mungkin setelah membaca artikel ini anda bisa mendapatkan gambaran dan mengerti apa yang ingin saya utarakan. Sudah hampir 2 tahun saya bekerja di rumah sakit jiwa sebagai seorang dokter PTT tapi saya belum juga menemukan jawaban atas sebuah pertanyaan yang begitu menggelitik rasa ingin tahu saya. Setiap menangani pasien dengan gangguan jiwa dan mengamati pola tingkah laku mereka yang aneh saya selalu bertanya-tanya, apa sih yang mereka pikirkan? Apakah mereka sadar dengan apa yang mereka pikirkan? Kenapa mereka tidak mampu untuk mengontrol pemikiran mereka itu?
Rasanya semua pertanyaan itu tidak akan menjadi sebuah awal dari kata penasaran seandainya kita dengan bodoh menerima jawaban ”yah namanya juga orang gila, ya jelas aneh!”. jawaban itu sangat realistis tapi anda akan kembali merasa penasaran ketika muncul pikiran ”bagaimana sih rasanya jadi orang gila?”.
Schizoprenia berasal dari kata schizos (bahasa yunani) yang artinya retak, seorang dosen saya pernah mengatakan bahwa didalam alquran terdapat istilah hukum schizos yang berarti potong, nah secara keseluruhan kata schizoprenia dapat kita artikan sebagai sebuah pikiran yang terpecah. Dan ini sangat real. Dalam setiap wawancara saya kepada pasien schizoprenia, mereka seolah-olah mempunyai 2 pemikiran atau bahkan lebih. Satu pikiran mereka sadar dan terorientasi dengan baik kepada kita namun disela-sela pemikiran tersebut terselip beberapa pemikiran yang saling tidak berhubungan satu sama lain sehingga pembicaraan mereka terkesan kacau dimata kita sebagai orang nonschizoprenia.
Senang sekali rasanya ketika saya bisa memahami keretakan pikiran seorang schizoprenia. Rasanya ilmu saya semakin lengkap dengan pemahaman yang agak mendalam tentang ilmu jiwa. Tapi tetap saja saya penasaran terhadap cara pikir mereka. Untuk menjawab rasa penasaran itu saya mencoba mewawancarai beberapa pasien yang sudah agak membaik tentang pemikiran mereka saat mereka mengamuk ataupun saat mereka bertingkah laku aneh. Dan yang membuat saya kesal hampir semua pasien menjawab bahwa mereka tidak sadar saat melakukan perbuatan itu, lantas kemana pemikiran logis mereka pergi kalau mereka mengaku tidak sadar saat bertingkah laku aneh? Mungkin kita harus gila dulu untuk bisa mengerti tentang jawaban pertanyaan itu.
Meskipun tidak mendapat gambaran pasti saya tetap mencoba mengira-ngira kemana pikiran logis mereka. Dalam perkiraan saya, kemungkinan besar telah terjadi kebocoran dalam penyimpanan memori diotak mereka, sehingga pada saat mereka mengutarakan sebuah pemikiran tiba-tiba melintas sebuah memori yang terselip dan menjadi pemikiran baru tanpa mereka sadari yang kemudian mengontrol aktivitas mereka. Hanya saja hipotesa saya belum bisa menjawab kenapa orang bisa bertahan dalam keretakan pikiran mereka dalam jangka waktu yang lama. Benar-benar membingungkan bukan?
ACUTE CYTOMEGALOVIRUS
Definition
Acute cytomegalovirus (CMV) infection is a condition caused by a member of the herpesvirus family. In most people with a normal immune system, CMV infection does not cause any symptoms. But, some people with this infection develop a "mononucleosis syndrome."
Acute cytomegalovirus (CMV) infection is a condition caused by a member of the herpesvirus family. In most people with a normal immune system, CMV infection does not cause any symptoms. But, some people with this infection develop a "mononucleosis syndrome."
Causes, incidence, and risk factors
Mononucleosis can be caused by several different viruses and a few types of bacteria. acute CMV infection is caused by cytomegalovirus (CMV).
The symptoms of mononucleosis syndrome with CMV include fever and fatigue. Swollen lymph glands in the neck, sore throat, and swollen spleen are less common with CMV. Up to a third of patients may have a rash.
The infection is spread by saliva, urine, respiratory droplets, sexual contact, and blood transfusions. Some young children release the virus in their urine for a long period of time, even when they do not have symptoms. CMV infection may occur at any age. It most commonly develops between the ages of 10 and 35.
Most people are exposed to CMV early in life and do not realize it because they have no symptoms.
Signs and tests
The liver and spleen may be tender when they are gently pressed (palpated).
There may be a skin rash.
Special lab tests will be done to check for substances in your blood that are produced by CMV. This includes a CMV ELISA antibody test and CMV serum PCR test.
A monospot test should be negative in CMV mononucleosis.
Blood tests show a low number of platelets and a high number of certain white blood cells.
A chemistry panel may show abnormal liver enzymes.
Treatment
Most patients recover within 4 to 6 weeks without medication. Rest is needed, sometimes for a month or longer to regain full activity levels. Relief of symptoms is provided with pain killers and warm salt water gargles for sore throat.
Anti-viral medications are usually not used in those with normal immune function
Prognosis
Fever usually goes away in 10 days, and swollen lymph glands and spleen return to normal in 4 weeks. Fatigue may linger for 2 to 3 months.
Complications
Secondary throat infection is the most common complication. Rare complications include: Colitis, Pneumonia, Pericarditis or myocarditis, Guillain-Barré syndrome, Rupture of spleen, Neurologic complications.
medlineplus
Mononucleosis can be caused by several different viruses and a few types of bacteria. acute CMV infection is caused by cytomegalovirus (CMV).
The symptoms of mononucleosis syndrome with CMV include fever and fatigue. Swollen lymph glands in the neck, sore throat, and swollen spleen are less common with CMV. Up to a third of patients may have a rash.
The infection is spread by saliva, urine, respiratory droplets, sexual contact, and blood transfusions. Some young children release the virus in their urine for a long period of time, even when they do not have symptoms. CMV infection may occur at any age. It most commonly develops between the ages of 10 and 35.
Most people are exposed to CMV early in life and do not realize it because they have no symptoms.
Signs and tests
The liver and spleen may be tender when they are gently pressed (palpated).
There may be a skin rash.
Special lab tests will be done to check for substances in your blood that are produced by CMV. This includes a CMV ELISA antibody test and CMV serum PCR test.
A monospot test should be negative in CMV mononucleosis.
Blood tests show a low number of platelets and a high number of certain white blood cells.
A chemistry panel may show abnormal liver enzymes.
Treatment
Most patients recover within 4 to 6 weeks without medication. Rest is needed, sometimes for a month or longer to regain full activity levels. Relief of symptoms is provided with pain killers and warm salt water gargles for sore throat.
Anti-viral medications are usually not used in those with normal immune function
Prognosis
Fever usually goes away in 10 days, and swollen lymph glands and spleen return to normal in 4 weeks. Fatigue may linger for 2 to 3 months.
Complications
Secondary throat infection is the most common complication. Rare complications include: Colitis, Pneumonia, Pericarditis or myocarditis, Guillain-Barré syndrome, Rupture of spleen, Neurologic complications.
medlineplus
TINDAKAN PADA SYOK ANAFILAKTIK
Syok anafilaktik adalah salah satu kegawat daruratan yang mungkin sering akan kita hadapi dilapangan selaku tenaga medis. berikut beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk menanganinya.
Penderita segera dibaringkan,
-Frekwensi jantung (heart rate), belum 90 X / mnt. maka pemberian Adrenalin dapat
diulang selang waktu 7-10 menit (max. 4 X injeksi)
4. Hydrocortison 2 cc atau Dexamethasone 1-2 ampule diberikan i.m./i.v.5. Bila perlu dapat
diberikan infus NaCl 0,9%
5. Bila tekanan systolik telah mencapai 90-100 mmHg penderita diobservasi:
- disuruh duduk
- kemudian berdiri
- dan akhirnya jalan
Bila sudah baik boleh pulang.
Penderita segera dibaringkan,
- Suntikkan Adrenalin (1/1000), 0,3-0,5ml (i.m./s.c.),
- Tempat tidur bagian kaki dinaikkan (diganjal) ± 15 cm sehingga didapat posisi kaki lebih tinggi dari kepala (posisi Trendelenburg),
- Ukur tekanan darah:
-Frekwensi jantung (heart rate), belum 90 X / mnt. maka pemberian Adrenalin dapat
diulang selang waktu 7-10 menit (max. 4 X injeksi)
4. Hydrocortison 2 cc atau Dexamethasone 1-2 ampule diberikan i.m./i.v.5. Bila perlu dapat
diberikan infus NaCl 0,9%
5. Bila tekanan systolik telah mencapai 90-100 mmHg penderita diobservasi:
- disuruh duduk
- kemudian berdiri
- dan akhirnya jalan
Bila sudah baik boleh pulang.
Langganan:
Postingan (Atom)