Kata anestesia mungkin terasa asing bagi telinga anda sebagai orang awam dalam bidang kesehatan. Anestesia dalam keseharian lebih akrab dikenal dengan pembiusan. Anestesia sendiri berasal dari kata “an” dan “aesthesia” yang berarti mematikan rasa. Ilmu yang mempelajari tentang anesthesia dikenal dengan anesthesiology. Anesthesiology mencakup semua hal yang berhubungan dengan nyeri, pembiusan operasi dan kegawat daruratan, namun anesthesia lebih akrab dikenal oleh masyarakat sehubungan dengan proses pembiusan pada saat tindakan pembedahan dilakukan. Anesthesia pada pembedahan diawali oleh tindakan praanesthesia atau persiapan pasien sebelum menjalani pembedahan. Pada fase ini pasien dapat menceritakan semua riwayat penyakitnya serta ketakutannya dalam menghadapi pembedahan kepada dokter spesialis anestesi yang akan menangani pembiusannya. Dokter anestesi akan memeriksa penyakit utama pasien serta penyakit penyerta yang ada yang dapat menjadi penyulit pada saat nanti dilakukan tindakan pembiusan. Dokter anestesi juga akan mempertimbangkan faktor tekanan psikis yang dialami oleh pasien sehubungan dengan tindakan pembedahan yang akan dijalaninya. Faktor psikis ini juga sangat menentukan keberhasilan proses pembiusan dan pembedahan yang akan dijalani, sebab seringkali kondisi psikis pasien yang lemah dapat mempengaruhi kondisi fisiknya sehingga tidak siap pada saat pembiusan dilakukan.
Ketika pasien telah siap untuk menjalani tindakan pembedahan maka pembiusan pun dilakukan. Secara umum ada tiga hal yang akan di “matikan” selama proses pembedahan berlangsung, yaitu : mati ingatan, mati rasa dan mati gerak, yang mana dalam setiap tindakan pembedahan membutuhkan pembiusan yang berbeda. Semakin besar tindakan bedah yang akan dilakukan biasanya tindakan anesthesianya pun semakin lengkap. Anesthesia selama pembedahan dibagi menjadi general anesthesia atau bius umum, regional anesthesia dan local anesthesia atau bius local. Pilikan jenis tindakan anesthesia yang akan dilakukan biasanya telah didiskusikan pada fase praanestesia, sehingga pasien dapat memilih jenis pembiusan yang akan dijalaninya dengan arahan dari dokter anestesi yang menanganinya. Setelah dilakukan pembiusan maka pasien siap menjalani pembedahannnya dengan nyaman.
Setelah proses pembedahan berakhir maka pasien akan memasuki tahapan reanimasi atau mengembalikan kembali semua fungsi tubuh yang telah di matikan pada proses pembiusan sebelumnya. Pada proses inilah permasalahan dapat timbul, seperti pasien tidak bangun-bangun lagi, atau mengalami koma yang dalam, atau pasien memberontak keras karena mendadak kesadarannnya pulih. Biasanya hal ini merupakan sebuah risiko yang dapat dialami oleh siapa saja yang mengalami pembiusan. Beberapa ahli anestesi telah menganalisa bahwa respon setiap orang terhadap obat-obatan anesthesia sangat beragam, terkadang dengan dosis yang minimal pun beberapa orang dapat memberikan respon pembiusan yang sangat dalam. Tapi kita tidak perlu khawatir sebab dokter anestesi telah memperhitungkan semua kemungkinannnya dengan cermat.
Setelah kesadaran pasien pulih timbul permasalahan baru yang mengganggu kenyamanan pasien yaitu nyeri paska pembedahan serta segala permasalahn yang menyertainya yang dapat menghambat proses penyembuhan pasien. Disini peran seorang dokter anestesi sangat penting dalam melakukan managemen nyeri sehingga pasien tetap merasa nyaman selama menjalani proses penyembuhannnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar